Di "Gudang Tua" Anji Mencipta


KOMPAS/ARBAIN RAMBEY
Anji DRIVE dan koleksi topinya.
Putu Fajar Arcana  
Sudah menjelang pukul 13.00. Waktu makan siang sudah hampir berlalu, tetapi Erdian Aji, vokalis band Drive, lewat pesan singkat telepon seluler berkabar ia baru saja bangun. ”Wah belum beres-beres gudang,” katanya, Rabu (19/1).
Kami berjanji bertemu siang hari di rumah kontrakan Anji, nama panggilan Erdian Aji, di bilangan Jalan Danau Poso, Benhil, Pejompongan. Sudah beberapa kali Anji berpesan baik lewat SMS, BBM (BlackBerry Mesangger), maupun DM (direct message) dalam Twitter, bahwa tempat tinggalnya hanya sebuah gudang tua. Tidak ada yang istimewa. Tetapi ia tidak menolak untuk dikunjungi.
Dari seberang jalan rumah ini memang tampak tua dan tidak terawat dengan baik. Di halaman terlihat onggokan rongsokan plafon dan serpihan tembok. Beberapa sepeda motor diparkir dalam garasi serta dua sepeda disandarkan begitu saja di pagar besi. Anji tinggal di sayap kanan dari rumah utama yang dikontrak manajemen Drive.
”Aduh maafkan belum beres-beres. Selamat datang di gudang…” sambut tuan rumah. ”Ini benar-benar gudang lho,” katanya lagi. Mungkin Anji ingin agar tamunya maklum jikalau keadaan di dalam rumah serba sederhana dan seadanya.
Tempat tinggal Anji memang sebenarnya terusan dari garasi mobil. Ruangannya memanjang ke belakang kira-kira sepanjang 25 meter dengan lebar 4 meter. Anji kemudian menyekat ruangan itu menjadi empat bagian. Ruang pertama, sejenis ruang tamu, tetapi tidak memiliki tempat duduk. Kosong begitu saja. Kata Anji, tadinya itu tempat sepatu dan sandal yang jumlahnya cukup banyak.
Di ruang kedua, Anji meletakkan sebagian buku-buku, kaset, CD, koleksi lain, dan sebuah televisi. Rupanya ini ruangan Anji untuk bersantai, membaca buku sembari menikmati siaran televisi. Jika boleh disebut, ruang ketigalah yang dijadikan ruang utama. Untuk masuk ke ruang ini terdapat pintu geser. ”Nah ini tempat saya bekerja sekaligus tidur…” cerita lelaki kelahiran Bekasi ini.
Pada ruang utama yang tak lebih dari 3 x 4 meter itu terdapat seperangkat komputer lengkap dengan alat perekam serta sebuah tempat tidur sofa berwarna coklat. ”Kalau saya lelah bekerja ya geletak saja di sofa bed ini,” kata Anji. Ia kemudian mempersilakan tamunya duduk di sofa itu. Tak ada kursi lain selain kursi kerja yang kemudian diduduki Anji. Di dinding terdapat beberapa poster serta beberapa topi tergantung. Tampak juga dua gitar miliknya.
Bujangan
Pada sekat terakhir Anji meletakkan sebuah lemari, rak sepatu, serta koleksi pakaian pentas dan sebuah rak untuk menyimpan ratusan topi yang ia beli dari berbagai tempat. ”Yah ini rumah bujangan, beginilah…” katanya. Sejajar dengan sekat terakhir terdapat dapur yang sekaligus sebagai jalan masuk menuju kamar mandi.
Pertanyaan banyak kawannya, mengapa memilih tinggal di gudang tua dengan lapisan tembok yang sudah rapuh? ”Di sini mood-nya dapet…” ujar Anji. Maksudnya, sebagai seniman musik dan pencipta lagu, justru di gudang tua itulah daya kreativitas Anji meledak-ledak. ”Suasananya benar-benar kena. Kalau saya pulang ke Bekasi, selain tidak efektif juga kan waktu saya buat orangtua,” tutur Anji.
Daya cipta, tambah Anji, sebenarnya bisa saja dikendalikan dengan berbagai usaha. Tetapi di luar itu, ada inspirasi yang sering kali muncul tiba-tiba. Inspirasi inilah yang membutuhkan lahan subur agar bisa tumbuh dan membesar. ”Nah di sini yang kayak gini dapet pokoknya. Saya bikin lagu dan musik lalu rekam sementara,” kata Anji.
Anji bahkan belakangan sedang getol merampungkan ”proyeknya” menulis fiksimini (nama akun dalam Twitter yang memuat cerita dalam 140 karakter), lalu mengubahnya ke dalam musik dan lagu, dan mentransformasikannya jadi film. ”Sudah ada film yang selesai, tetapi musiknya masih pakai musik orang lain,” kata Anji. Ia tidak punya target kapan ”proyek” seni ini selesai. ”Kebetulan kalau bulan Januari, Drive sedang masa produksi,” tambahnya mengenai jadwal kelompok band yang ia awaki bersama Budi (gitar), Adi (drum), dan Dygo (bas).
Bukan semata romantisme seorang seniman jika Anji memilih tinggal di gudang. Ia juga berhitung soal efisiensi waktu dan keuangan. ”Dari sini dekat ke mana-mana dan juga tak terlalu bising,” tutur Anji, sembari menambahkan ia takut terhadap kemapanan. Sebab kemapanan bisa menjadi perintang utama bagi daya kreativitas. Banyak bukti, kan?
 
 
Kompas Cetak

0 Response to "Di "Gudang Tua" Anji Mencipta"

Post a Comment