Animasi Coba Atasi Trauma Anak-anak terhadap Nuklir

YOUTUBE
Nuclear Boy
TOKYO, KOMPAS.com - Krisis darurat nuklir di Jepang karena masalah pada sejumlah reaktor nuklirnya di Fukushima membuat banyak orang panik. Tidak hanya di Jepang, tapi juga di seluruh dunia. Informasi yang simpang siur soal apa yang sebenarnya terjadi dan bagaimana dampaknya kadang digambarakan begitu menakutkan.
Bagi orang dewasa yang dapat mencari informasi lebih banyak dan cek ulang dari banyak sumber, hal tersebut mungkin bukan masalah. Namun, bagaimana dengan orang awam atau bahkan anak-anak, informasi yang terkesan menakut-nakuti bisa menimbulkan trauma di masa depan.
Karena itu, Jepang menggunakan karakter kartun untuk memberikan penjelasan mengenai bencana nuklir kepada anak-anak. Selain pengetahuan, kartun bernama "Nuclear Boy" itu diharapkan mengurangi ketakutan anak-anak terhadap nuklir. Nuclear Boy diciptakan membantu menjelaskan kondisi nuklir yang rumit dengan cara sederhana, bahkan dengan bumbu humor. Tujuan dari kartun ini juga meredakan ketakutan berlebihan yang mungkin berkembang di tengah masyarakat saat ini, setelah menghadapi bencana bertubi-tubi seperti gempa, tsunami, dan ledakan reaktor nuklir.
"Nuclear Boy", sesuai dengan namanya, mempresentasikan reaktor nuklir. Dalam video, diceritakan sang "Nuclear Boy" mengalami sakit perut sejak peristiwa gempa kuat, gempa yang menyebabkan ledakan salah pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima. Untuk menyembuhkannya didatangkan dokter yang membawa obat dari air laut dan Boron. Untuk menggambarkan radiasi dengan bau kentut yang berdampak sementara dan akan hilang dengan sendirinya.
Video dapat menimbulkan kebingungan ketika anak-anak itu beranjak dewasa dan mempelajari sains secara lebih lengkap. Tapi mereka mengakui, cara ini merupakan cara efektif untuk menerangkan apa yang terjadi tanpa memunculkan kepanikan. Video sudah diputar beberapa kali di televisi Jepang. Video pun dapat dilihat melalui YouTube. (National Geographic Indonesia/Gloria Samantha)
Sumber :
National Geographic Indonesia


0 Response to "Animasi Coba Atasi Trauma Anak-anak terhadap Nuklir"

Post a Comment