Bertaruh Nyawa di Jalan Raya Jakarta Utara
Sandi Kusnadi (33) berusaha berdiri setelah tubuh dan motor yang dikendarainya terjatuh dan terempas, lalu masuk ke kolong truk peti kemas yang sedang diparkir di pinggir jalan Cilincing, depan Kantor PT Bogasari, Jakarta Utara, Jumat (18/3/2011). Kusnadi terjatuh karena kehilangan keseimbangan akibat berada di antara impitan truk peti kemas yang sedang diparkir di sisi kirinya, dan truk peti kemas yang sedang melaju di sisi kanannya.
Kecelakaan lalu lintas yang dialami Kusnadi ini merupakan yang kedua kalinya terjadi di jalan yang sama, Cilincing, Jakarta Utara, dalam pekan ini. Satu kecelakaan lagi terjadi di Jalan Yos Sudarso, Jakarta Utara.
Beruntung nyawa Kusnadi masih bisa diselamatkan, tidak seperti dua korban kecelakaan sebelumnya yang tewas mengenaskan. Kepalanya mendapat tiga jahitan. Kakinya yang patah mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Koja, Jakarta Utara.
”Untuk sementara, korban dirawat secara intensif untuk observasi. Dikhawatirkan korban mengalami cedera kepala berat,” kata Asmali, petugas keamanan RS Koja.
Sebelumnya, pada Rabu, Cipto Darmawan (27) tewas terlindas truk di Jalan Cakung-Cilincing. Hal tersebut juga terjadi karena Cipto terjatuh akibat motornya tergelincir di atas aspal yang dipenuhi pasir dan kerikil.
Hari selanjutnya, Kamis (17/3/2011), seorang ibu, Siti (54), juga tewas mengenaskan terlindas truk boks di Jalan Yos Sudarso karena motor yang ditum- panginya terjatuh. Kejadian itu disebabkan anaknya yang mengendarai motor kehilangan keseimbangan. Truk boks yang berada di sisi kirinya tiba-tiba belok ke kanan. Sementara di sisi kanan motor terdapat truk peti kemas yang sedang melintas dengan kecepatan rendah. Berkendara di jalan raya Jakarta Utara memang seperti bertaruh nyawa. Baik motor, mobil, bus, truk, maupun truk peti kemas saling berebut jalan.
Bahkan, kecelakaan bisa terjadi dalam kondisi arus kendaraan yang padat dan kecepatan 20 kilometer per jam, seperti yang dialami Siti. Betapa tidak, sopir truk peti kemas hanya memiliki jarak pandang terdekat tak kurang dari 0,5 meter. Hal itu, diungkapkan Jumati (30), seperti sopir truk peti kemas yang melindas motor yang ditumpangi Siti.
”Kurang dari setengah meter, saya tidak bisa lihat apakah ada motor atau tidak di depan truk saya. Bahkan motor yang menyalip dari samping pun tidak terlihat,” katanya.
Menurut Jumati, seharusnya memang setiap truk peti kemas dilengkapi kaca spion di bagian depan. Kaca itu menghadap ke arah sopir sehingga sopir dapat mengetahui kendaraan di depannya.
”Namun, hampir semua sopir tidak menggunakan spion itu karena harus membeli sendiri, tak dibiayai pemilik truk,” katanya.
Kepala Unit Kecelakaan Lalu Lintas Polres Jakarta Utara Ajun Komisaris Didiek Soemarno mengatakan, kecelakaan di jalan raya Jakarta Utara kerap berujung fatal karena jalan yang terbatas, jumlah kendaraan banyak, dan jenis kendaraan pun beragam. Selama tahun 2009, sebanyak 171 nyawa melayang di jalan raya Jakarta Utara. Jumlah ini, di tahun 2010, turun menjadi 143 korban tewas. (MDN)
0 Response to "Bertaruh Nyawa di Jalan Raya Jakarta Utara"
Post a Comment