Kotoran Jadi Sensor Penyakit
Fakta bahwa warna kotoran (feses) berhubungan dengan kesehatan menarik minat para ilmuwan untuk mengembangkan biosensor yang dapat mendeteksi racun dan penyakit dalam tubuh.
Para ilmuwan telah melakukan rekayasa genetika pada bakteri Escherichia coli. Mereka mengubah fungsi bakteri itu menjadi biosensor yang dilengkapi dengan pigmen indikator yang bisa mendeteksi racun. Bakteri hasil rekayasa genetika tersebut dapat digunakan untuk menguji polutan yang terdapat pada sampel air atau udara. Jika mengadung arsenik, air akan berubah menjadi biru, misalnya. (Sumber: Discovery News)
Ilmuwan dari Cambridge University merasa optimis kalau mereka bisa membuat biosensor untuk keperluan manusia. Pada tahun 2039, mereka yakin sudah bisa menciptakan bakteri yang dinamakan Escherichia chromi yang dapat dicampurkan ke dalam yogurt probiotik. Setelah mencapai usus, bakteri ini akan melepaskan pigmen saat mendeteksi penyakit tertentu seperti kanker, bisul perut, dan salmonella.
Selanjutnya, pigmen akan memberi warna pada feses sehingga produk buangan itu bisa menjadi indikator kesehatan seseorang. Contohnya, jika feses berwarna hijau berarti ada penyakit maag, atau jika feses berwarna jingga, sebaiknya segera jalani tes kanker usus.
Para ilmuwan telah melakukan rekayasa genetika pada bakteri Escherichia coli. Mereka mengubah fungsi bakteri itu menjadi biosensor yang dilengkapi dengan pigmen indikator yang bisa mendeteksi racun. Bakteri hasil rekayasa genetika tersebut dapat digunakan untuk menguji polutan yang terdapat pada sampel air atau udara. Jika mengadung arsenik, air akan berubah menjadi biru, misalnya. (Sumber: Discovery News)
0 Response to "Kotoran Jadi Sensor Penyakit"
Post a Comment